Kebutuhan pangan keluarga yang semakin bertambah, memanfaatkan kolam koi supaya memiliki nilai lebih dan menjaga ikan koi selalu dalam keadaan sehat adalah alasan-alasan mengapa akuaponik kolam koi saya bangun kembali. Untuk aquaponik kolam koi jilid II ini, desain yang kami buat tidak sama dengan aquaponik ikan koi sebelumnya, tentu harus lebih baik karena pengalaman yang telah saya dapatkan.
"Pengairan"....
Untuk masalah distribusi air atau saya sebut "pengairan", jika pada akuaponik koi sebelumnya, dari pompa saya distribusikan ke setiap growbed, kali ini saya menyediakan sebuah tong. Air dari kolam/filter kolam dialirkan ke tong dan dengan mengandalkan gravitasi, air dari tong tersebut didistribusikan ke growbed dan sebagian kecil langsung ke kolam. Tentu saja bukan tanpa alasan saya melakukan perubahan tersebut, dari pengalaman sebelumnya, ketika menggunakan pompa untuk medistribusikan air ke setiap growbed, kemampuan pompa menjadi tidak maksimal, bahkan beban pompa menjadi terasa berat karena adanya banyak belokan dan percabangan.
Kali ini, dari pompa hanya dibutuhkan pipa kurang dari 2 meter yang terpasang secara vertical dan hanya ada 1 belokan, tentu diharapkan beban pompa semakin berkurang sehingga bisa bekerja maksimal.
Tong kontrol. |
Growbed & Media tanam...
Untuk growbed saya mencoba menggunakan ember bulat ukuran besar, dengan harapan akan menampung lebih banyak tanaman, di satu sisi karena harga yang murah he.. Jika pada aquaponik koi sebelumnya setiap growbed dipasang bell siphon sebagai pengatur pasang surut, kali ini hal tersebut tidak saya lakukan lagi. Dengan menerapkan satu alat pasang surut (siphon apung) untuk beberapa growbed, pemikiran saya tentu saja akan lebih menghemat ruang, bahan dan biaya, dan mungkin perawatan akan jauh lebih mudah.
Proses pemasangan rak. |
Cara saya memasang growbed. |
5 growbed yang siap diisi media. |
Untuk media tanam, 1 growbed menggunakan batu sedangkan 4 growbed yang lain menggunakan arang kayu, karena selain ringan juga murah he...
Growbed sudah terisi media.. ada bonus di atasnya he... |
Pengatur pasang surut...
Setelah mencoba mengaplikasikan 2 siphon apung pada aquponik kolam fiber, kali ini saya sengaja tetap memilih untuk menggunakan siphon apung sebagai pengatur pasang surut. Saya berharap dengan menggunakan siphon apung tersebut, saya bisa mendapatkan pengalaman lebih, sehingga ke depan, siphon apung tersebut bisa lebih sempurna.
Seperti yang terdapat pada gambar sketsa, siphon apung hanya 1 buah, akan tetapi, dalam tahap ujicoba terdapat kendala yaitu air yang ada di dalam 3 growbed hanya bisa turun tidak lebih dari 5 cm, sedangkan 2 growbed lainnya tidak mengalami surut sama sekali, hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan harapan. Akhirnya saya menerapkan 2 siphon apung dengan harapan bisa bekerja sesuai rencana, tapi ternyata keadaanya tetap sama. Secara perlahan terus mencoba mempelajari mengapa hal itu bisa terjadi, hingga akhirnya masalah bisa ditemukan.
Pada siphon apung bagian bawah, ada lubang untuk keluar air, lubang tersebut punya peranan yang sangat penting dalam proses surut, semakin banyak dan semakin besar lubang, maka proses surut akan semakin cepat. Akan tetapi, sepertinya hal tersebut menjadi kendala apabila siphon apung tidak berada dalam growbed atau dengan kata lain, penempatan siphon apung terpisah dari growbed.
Pada siphon yang saya terapkan sebelumnya (sebelum berhasil), ada 8 lubang dengan diameter 6 mm untuk setiap lubang, akibat ukuran yang besar dan jumlah yang banyak, saat proses surut, yang terjadi adalah air yang ada di dalam ember cat sebagai tempat siphon, mengalami surut begitu cepat, dan kecepatan tersebut tidak mampu diimbangi oleh air yang mengalir dari growbed menuju ember cat, akibatnya proses pasang surut hanya terjadi secara maksimal di ember cat.
Dari kejadian itu akhirnya saya membuat lagi dengan memperkecil diameter menjadi 5 mm dan jumlah yang hanya 4, setelah dilakukan ujicoba akhirnya proses surut bisa terjadi sesuai harapan. Ketika air di dalam ember cat mengalami proses surut, air yang ada di growbed juga terjadi demikian secara bersamaan. Seharusnya dengan hanya 1 siphon apung bisa untuk 5 growbed, tetapi karena sudah terlanjur membuat 2 akhirnya kedunya saya gunakan. siphon apung 1 untuk 3 growbed, dan siphon apung 2 untuk 2 growbed.
2 siphon apung sebagai pengendali pasang surut. |
Kolam koi...
Rupanya ada hal yang menarik setelah aquaponik diterapkan pada kolam koi, selama ini kolam koi yang warnanya keruh dan kehijau-hijauan perlahan-lahan berubah menjadi bening seiring bertambahnya usia akuaponik. Sekarang ikan koi benar-benar bisa dinikmati keindahannya, semoga beningnya kolam koi akan terus terjaga, dan sayuran yang dihasilkan dari kotoran ikan koi bisa kami nikmati. Selama ini kami membeli pelet koi yang lumayan agak mahal, semoga dengan adanya akuaponik tidak hanya menikmati keindahannya tapi juga sayurannya he...
Air yang terlihat bening. |
Sekarang koi bisa terlihat he... |
PERKEMBANGAN
1 Juni 2015
Mengandalkan proses alami berjalan memang membutuhkan waktu yang lama, tapi dari situlah kita akan banyak tahu bagaimana sebuah proses itu berjalan melalui perubahan terjadi dari tanaman yang kita tanam.
Setelah ember diisi media, tidak begitu lama langsung saya tanami berbagai macam benih tanaman yang kebetulan ada. Dari yang semula daun berwarna hijau subur, setelah saya pindah ke aquaponik perlahan mulai menguning, bahkan semakin parah. Saya benar-benar ingin tahu apa yang akan terjadi seiring bertambahnya usia aquaponik.
Seiring bertambahnya usia, yang sekarang kurang lebih 1,5 bulan, daun hijau muda mulai terlihat, perubahan itu semakin terlihat.
Untuk bak 1, saya coba tanam bawang merah dan bunga kol, bawang merah saya pindah dari pot yang usia tanaman waktu itu masih sangat muda, begitu juga bunga kol. Sepeti yang telihat pada foto (Bak 1), daun bunga kol terlihat menguning pada bagian bawah, dan mulai menghijau pada bagian atas.
Bak 1 |
Bak 2 sebenarnya juga diisi media arang, akan tetapi ditengah perjalanan saya tergoda untuk menggantinya, karena ingin mengetahui apa yang akan terjadi jika menggunakan media yang berbeda. Kebetulan ada banyak kerikil, akhirnya saya gunakan, harapan saya semoga nanti saya bisa mendapatkan hal-hal yang bermanfaat dari masing-masing media tersebut. Untuk tanaman, pada bak 2 ini saya tanam bawang merah, apakah nanti bisa menghasilkan umbi, kita lihat bersama nanti hasilnya he...
Bak 2 |
Bak 3 memang yang terlihat bagitu parah, daun sawi terlihat benar-benar kuning, bahkan sampai berwarna kecoklatan. Tapi seiring waktu bisa kita lihat gradasi perbedaan warna dari tanaman sawi tersebut. Paling bawah berwarna kuning kecoklatan, lebih ke atas kuning kehijauan, dan sekarang mulai terlihat lebih hijau pada bagian paling atas atau daun muda. Selain sawi ada juga tanaman cabe yang saya semai dari biji secara langsung. Hal yang sama juga terjadi gradasi warna daun meskipun tidak separah tanaman sawi.
Bak 3 |
Bak 4 sama seperti pada bak 3, warna kuning mendominasi, tapi perlahan-lahan mulai berubah. Ada rencana untuk mengganti media pada bak 4 ini dengan pecahan genting, tapi belum terlaksana. Sementara saya ingin mengamati terlebih dahulu perkembangan tanamannya.
Bak 4 |
Bak 5 dengan media pecahan batu koral, sepertinya lebih baik, daun lebih terlihat hijau terutama untuk tanaman bunga kol, apakah menandakan media batu koral lebih baik, kita lihat saja perkembangannya.
Bak 5 |
Foto bersama he.. |
1 Juli 2015
Tanaman yang mulai menghijau kini perlahan kembali mulai menguning, kemungkinan terbesar karena akhir-akhir ini ikan koi hanya diberi makan sekali di pagi hari, sehinga berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi. Sisi baiknya, meskipun 2 bulan sudah berjalan dan air kolam sama sekali tidak pernah diganti, air selalu terlihat bening dan segar, dan keindahan ikan koi bisa dinikmati.
Bak 1 |
Bak 2 |
Bak 3 |
Bak 4 |
Bak 5 |
Siphon apung yang selalu ok... |
28 Juli 2015
Bak 5, kapan kubisnya nge-crop..? |
Bak 4, Baru kali ini menanamnya. |
10 Agustus 2015
Gak ngecrop2 juga he... |
Satunya sudah dimakan, ini yang lain lagi he... |
Bawang merah 1 |
Bawang merah 2 |
Bawang merah 3 |
Ada hal menarik yang saya dapatkan dari pengalaman menanam bawang merah di akuaponik ikan koi II ini. Tanaman bawang merah yang saya tanam di media arang, satupun tidak ada yang keluar umbinya, berbeda dengan yang saya tanam di media batu kerikil putih, hampir semua bisa keluar umbinya. Dan saya tak berani mengambil kesimpulan, tapi baru dugaan awal, mungkin batu kerikil putih tersebut banyak mengandung unsur calsium (Ca), semoga dugaan itu benar he..
15 Agustus 2015
Dan memang untuk bawang merah di media arang tidak pernah mau ber-umbi, berbeda dengan media batu putih, kini mereka sudah mulai menunduk yang menandakan sudah waktunya bisa dipanen.
Umur jauh lebih tua, tapi tak pernah mau berumbi. |
Apakah pertanda sudah waktunya boleh dipanen ? |
Banyak umbi tapi ukurannya kecil. |
Jumlahnya sedikit tapi umbi bisa membesar. |
25 Agustus 2015
Setelah lebih dari 1 minggu daun bawang merah yang telah merunduk seolah-olah layu kami biarkan, akhirnya kami panen juga dan ini adalah pengalaman pertama dan menarik bagi kami. Bagaimanapun ini bagian dari 'coba-coba' kami, karena tanpa mencoba kami tidak akan banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berharga ini.
Hasil panenan bawang merah akuaponik |
Bersambung ke Update-Akuaponik Kolam Koi II he..
ID FB-nya apa mas??trims
ReplyDeleteIni ID saya
DeleteStephanus Nanang Dwianto
Trimakasih..
wah..nggak jadi PERTAMAX.. neh..
ReplyDeletesiip 'Pejuang' Aquaponik, lanjutkan...!
He.. PERTAMAX nya lagi vacum Mas...
DeleteApa kabar akuaponiknya Mas...
Terimakasih Mas Yasin..
Mas Nanang, kalau sempat mampir yaa
ReplyDeletesenyuman-alam.blogspot.com/2015/06/aquaponik-halaman-rumah.html?m=1
Bagaimana kira kira ngakalin proses filtrasi/nitrifikasi yg ga sempurna?
Kolam saya hanya pake 1 bak filter, karena filter kedua ada masalah. Jadi air kolam langsung ke filter 1 kemudian langsung ke media tanam.
Sekarang lele sudah rada gede, pup nya makin banyak, jadi air kolam tidak bisa sejernih awal awal aquaponik.
Mohon sarannya mas,,,
Terima kasih
Terimakasih atas undangannya Mas...
DeleteSatu kata.. MANTAPP... untuk akuaponiknya Mas Satwika, tanaman subur-subur dan desainnya rapi jadi benar-benar bisa dinikmati Mas..
Memang jika hanya menggunakan 1 bak filter dan ukurannya juga kurang memadai tentu hasilnya kurang maksimal Mas, seperti yang saya alami beberapa kali di akuaponik kolam fiber, akhirnya mau gak mau saya rombak dan saya tambahkan 1 tong filter lagi hingga menjadi 2. tong 1 untuk pengendapan dan tong 2 untuk nitrifikasi sekaligus kontrol pembagian aliran air. Supaya nitrifikasi lebih baik media (batu koral & genting) di tong 2 saya perbanyak, karena dengan memperbanyak media maka jumlah bekteri akan semakin banyak.
Dalam pembuatan kolam sebenarnya ada aturan dimana volume filter 25-30% volume kolam (semoga ingatan saya masih kuat he..), jadi aturan itu yang saya gunakan terlebih dahulu, pembuktian pada akuaponik IBC dan kolam koi telah memberikan hasil yang positif, ikan sangat sehat dan kejernihan kolam benar2 terjaga.
Jadi saran saya penuhi dulu volume ideal filternya Mas, gunakan tong yang besar supaya endapan bisa terjadi secara maksimal, dan perbanyak media di filter ke 2, semakin kecil ukuran media sebenarnya semakin bagus tapi tidak disarankan karena takutnya akan mudah terjadi penyumbatan, jadi pilih media yang sedang-sedang saja.
Saya pernah baca artikel TRUBUS, bahwa air kolam yang bagus/minim amoniak justru yang berwarna coklat bening artinya proses nitrifikasi berjalan baik.
Demikian saran saya Mas, maaf kalo masih kurang memuaskan...
Terimakasih Mas Satwika & Salam Hijau..
.
Terimakasih mas sarannya.
ReplyDeleteAwalnya memang pake 2 filter, tapi ada kendala, beberapa kali sudah modifikasi namun blm berhasil.
Mungkin nanti harus diganti bak fiternya dengan mengacu 30% volume kolam.
Salam hijau
Mas nanang mohon saran.. Apa teknik red water sistem utk ternak lele tebar padat bisa digabungkan dengan aquaponik? Pada red water sistem air kolam menjadi merah karena adanya bakteri.. Jadi tidak perlu menambah bak filtrasi
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Vina...
DeleteJujur saya malah baru tahu istilah red water sistem, dan kemudian saya langsung cari-cari istilah itu. Dari yang saya baca bakteri yang digunakan sepeti lactobacillus itu juga digunakan dalam pertanian,dan pada dasarnya sama untuk merombak bahan organik, karena saya juga pernah membuat MOL (Mikro Organisme Local) yang berguna untuk tanaman dan mempercepat proses pengemposan.
Mungkin perlu tapi untuk proses pengendapan, biar kotoran tidak menggannggu kinerja pompa dan tidak menumpuk di media tanam..
Terimakasih Mbak, saya juga tambah ilmu, jika nanti sudah mencoba bisa dibagikan pengalamannya Mbak... saya yakin sangat bermanfaat untuk yang lain.
Salam kenal mas Nanang, maaf mas kalo boleh minta no HP, lagi pengen belajar aquaponik mas, jika memungkinkan pengen main ke tempat mas Nanang untuk belajar langsung :)
ReplyDeleteSalam kenal juga Mas Ahmad, tentu boleh Mas, ada email gak Mas, nanti saya kirim...
DeleteTrimakasih.
makasih sebelumnya mas, ni emailku mas dahroni13@gmail.com
Deletelubang pipa 2" di GBnya bag bawah aya ya Mas, trs atasnya pakai dop juga? swn
ReplyDeleteIya Pak, mau ditambah sampai atas juga ndak papa Pak, tapi bagian bawah sudah cukup..
DeleteIya Pak dikasih dop, tujuan utama hanya untuk menghindari jika ada kotoran ukuran besar masuk yang bisa menyumbat... Kebetulan pernah terjadi sekali kemasukan arang dan sangat susah diambil he...he...
Trimakasih
kalau arang msk lagi tinggal ksh kopi itam, jd kopi Jozzz Mas St. Nanang Dwianto, wk wkw wk
ReplyDeleteHe..he... sehat itu Pak...
DeleteMas Nanang klo kolam saya dibawah permukaan tanah, gimana ngatur antara kolam, filter dengan tong pengairannya? padahal pompa kan cuma 1! maaf saya msh agak bingung dengan sketsa yang dibuat, mustinya langsung lihat lbh jelas ya, belum sempet mudik sih. Swn atas penjelasannya n gak bosen to ditanya terus
ReplyDeleteKira2 masih memungkinkan enggak Pak membuat lubang untuk meletakkan tong di tanah..? Kalo tidak mungkin berarti pompa harus masuk ke kolam untuk mengalirkan air ke filter. Posisi filter di atas juga gak papa Pak sejajar tong pengairan, tapi posisi tanaman/growbed harus lebih rendah dari filter/pengairan...
ReplyDeleteIya Pak lihat langsung akan lebih jelas hehe... kapan2 main Pak...
Santai saja Pak... he....
Mohon maaf mas nanang,karena saya orang awam,apa bisa dijelaskan tentang arah airnya? terima kasih
ReplyDeleteSantai saja Mas Ferry..
DeleteUntuk aliaran air, dimulai dari kolam, kemudian menuju ke filter (melalui pipa merah), di ujung filter ada pompa yang akan membawa air menuju ke tong biru.. karena tong biru posisi paling tinggi, maka saya mengalirkan air dari tong biru ke growbed (ember) dengan sistem gravitasi. Ember/growbed menggunakan sistem pasang surut yang dikendalikan oleh siphon apung yang ada di ember cat. Saat terjadi surut, air dari ember akan mengalir ke ember cat dan dari ember cat akan dialirkan kembali ke kolam.
Demikian Mas Ferry..
Trimakasih.
tambahan mas.dari tong biru ada 1 input (dari pompa). 2 output (1.ke growbed dan yang ke-2/garis biru ini berfungsi untuk apa ya mas?) terima kasih sebelumnya
DeleteItu untuk dialirkan kembali ke kolam, bisa disebut juga bypass untuk antisipasi air di tong tong luber karena yang dialirkan ke growbed hanya kecil2, kalo tidak dibuatkan buangan langsung bisa luber. Demikian Mas..
DeleteTrimakasih..
Salam Om... saya sangat tertarik dengan sistem aquaponik ini,sya berada do kotabaru kalsel. Rencana saya mau memelihara ikan lele, dan menanam sayur mayur, kira2 pakai sistem aquaponik yg bagaimana ya bagus nya Om....? Terimakasih......
ReplyDeleteSalam Mas Hanif..
ReplyDeleteDari sekian pengalaman, akhirnya saya berani menekankan perlunya filter minimal 2 tong, 1 untuk pengendapan dan satu lagi untuk rumah bakteri, karena sistem akuponik bisa bekerja baik adanya peran dari bakteri tersebut.
Kalo untuk penanaman, sistem apa saja bagus, yang penting ada media untuk menenam supaya lebih banyak ruang bagi bakteri... pake talang bagus juga kok mas hasilnya, asal jangan terlalu panjang... encana ke depan saya malah akan banyak menggunakan talang, dengan media pasir malang.
Beberapa teman di kalimantan sudah banyak Mas, jika nanti perlu melihat sistemnya secara langsung.
Trimakasih..
Terimakasih banyak Om atas perhatiannya.... saya masih baca2 terus blog nya Om Nanang.... biar lebih mantap, dan sedikit demi sedikit sambil mulai Om... nanti kalau ada kendala di lapangan bisa tanya2 lg ya Om.....
ReplyDeleteSalam mas nanang
ReplyDeleteSaya sangat terinspirasi dan selalu bolak balik baca ,jujur jadi ada semangat membara mau mencoba ,tapi kembali ke alasan klasik ...belum mudeng2 mas sampai sekarang ,boleh tidak aku dapatkan dalam 1 bahan misal :alat2 buat kolam,media tanam, terlebih 2 tong media filter mas nanang aku blm dapat pencerahan nya hehehe ...,soalnya makin membaca tdk mengerti ,mungkin faktor bolak balik (sampai 10 folder di opera mini tdk paham :(..bolehkah aku diberikan lewat email agar aku bisa berbagi teman2 di gereja yg rumahnya juga kecil tapi bisa tersedia kebutuhan gizi sekeluarga :) ini emails ku mas ,ciptoanto@gmail.com / ciptoanto@yahoo.com .terima kasih sebelumnya.
Salam dan trimakasih Mas Cipto...
DeleteHe... Ok Mas.. nanti saya coba ringkas dan jika ada yang kurang jelas, bisa balas via email..
Memang akuaponik di blog ini berkembang sesuai pengalaman saya yang kemudian saya bagikan, dan memang model akuaponik ada banyak sekali namun dasarnya tetap sama, semua bisa dikembangkan sesuai keinginan kita.
trimakasih.