Saturday, 1 April 2017

Sistem Aliran Atas (Akuaponik IBC)

Ketika harga cabe melonjak tinggi sampai berbulan-bulan dan tak turun-turun, sementara cabe yang kami tanam di pot sudah 'prontos' karena setiap hari dipetik, akhirnya kami mencoba menambah growbed untuk menanam cabe dengan mengembangkan akuaponik ibc yang sudah ada.

Sinar matahari...
Kendala utama kami setelah kebun kami terhalang tembok 2 lantai dari arah timur adalah pencahayaan, sehingga kami harus mencari posisi yang tepat supaya pencahayaan bisa maksimal. Posisi yang kami pertimbangkan tidak hanya arah matahari dari timur ke barat, tapi juga posisi matahari yang bergerak dari utara ke selatan dan sebaliknya.
Karena sebelah utara dan selatan kebun terhalang tembok, demikian juga barat dan timur maka lokasi yang kami pilih di tengah jadi saat matahari bergerak ke utara selatan posisi tersebut masih mendapatkan sinar, selain itu jarak dengan kolam ibc tidak terlalu jauh.

Growbed & media tanam...
Kami menggunakan sistem yang lebih sederhana yaitu sistem aliran atas. Sistem ini mirip dengan yang kami terapkan pada akuaponik ikan koi  yang kami bangun pada akhir tahun 2013, yang pada waktu itu kami menanam salah satunya paprika dan berhasil. Sistem yang sekarang dangan yang sebelumnya terdapat perbedaan walau sangat mirip. Sistem sekarang tidak menggunakan bell siphon, jadi air dikocor dari atas di dekat tanaman dan ketinggian air di growbed dibuat konstan sekitar 5 cm dari dasar growbed. Cara ini kami pilih karena jauh lebih sederhana dan tidak membutuhkan bahan yang terlalu banyak, selain itu sudah banyak diterapkan dan berhasil. 

Sistem aliran atas.

Dalam membuat sistem ini, kami hanya membutuhkan ember, strimin besi dan pipa paralon sebagai aliran air. Ember cukup murah, waktu itu kami beli seharga Rp13.000,- , kebetulan pipa kami menggunakan sisa sisa yang tidak terpakai, dan strimin kami manggunakan dari sisa pembuatan kandang ayam.
Dalam sistem aliran atas tersebut, kami menggunakan media arang kayu yang secara kebetulan juga sudah ada, bekas media tanam pada growbed ibc sebelum diganti kerikil. Sebenarnya kami memilih media tersebut bukan karena kebetulan ada, tapi disisi lain karena media tersebut sangat ringan dan itu sangat kami pertimbangkan mengingat lokasi untuk menanam berada di atas dan hanya ditopang oleh papan kayu. Selain ringan, media arang kayu tersebut memiliki daya serap yang tinggi dibandingkan dengan batu kerikil, sehingga kelembapan dapat terjaga baik dan saat terjadi pemadaman listrik lama pada siang hari, kemampuan daya serap arang terhadap air bisa menjadi 'andalan', terutama jika perakaran belum mencapai ke dasar.
Untuk antisipasi supaya media tidak digunakan sebagai sarang semut, seperti pengalaman sebelumnya, kami membuat ukuran arang lebih kecil, sehingga dapat meminimalkan terciptanya rongga antar arang tersebut dan untuk menjaga supaya pipa aliran air tidak mudah tersumbat oleh pecahan arang, kami memasang strimin.





Aliran air...
Untuk akuaponik ibc, aliran air yang disalurkan ke growbed tidak mengandalkan gravitasi, seperti pada akuaponik kolam fiber dan akuaponik kolam koi, tapi kami langsung menggunakan pompa. Karena yang kami gunakan langsung dari pompa maka untuk tanaman cabe ini kami tidak menempatkan terlalu tinggi jadi aliran air masih terjangkau oleh kekuatan pompa. 






Dan supaya aliran air dapat terbagi dengan baik tanpa menggunakan kran di masing masing ember, pipa aliran dibuatkan lubang kecil sekali sehingga masing masing ember alirannya bisa merata. 

Ikan...
Seperti yang kami utarakan pada Update_Akuaponik Ibc 2017_1 supaya nutrisi lebih maksimal karena yang kami tanam adalah tanaman sayuran buah, maka kami mengganti ikan pada ibc 1 dengan ikan lele sebanyak 380 ekor, dan ibc 2 tetap masih sama berisi ikan nila dan gurame. Sempat mengalami masalah di awal karena lele yang kami masukkan terlalu banyak sehingga kemungkinan amoniak tinggi dan menyebabkan ikan nila yang lebih rentan daripada lele dan gurame menjadi korban, tapi setelah penambahan filter dan juga pengganjal filter (tong) dihilangkan supaya volume filter lebih besar, sekarang keadaan sudah normal kembali.






Penanaman...
Setelah sistem selesai, tidak langsung kami tanami tapi kami biarkan selama 1 minggu, harapan kami biar ada banyak endapan di dasar ember, selain itu, supaya  arang yang kami masukkan sebagian besar sudah basah secara merata. Benih yang kami tanam adalah benih cabe rawit yang bijinya kami ambil dari cabai yang kami beli di warung yang tentunya kami pilih yang sudah matang sekali dan terlihat bagus. Dari biji tersebut kami tebar di pot dengan media tanah dan setelah daun sekitar 4 helai kami pindah ke growbed.





Penanaman 11 Maret 2017


Perkembangan tanaman...
Jujur kami berharap banyak pada tanaman cabe ini, selain kebutuhan, juga karena sistem ini baru sekali kami terapkan. Hampir setiap pagi kami pantau, supaya kami benar-benar bisa melihat progres perkembangannya. dan sampai hari ke-17 tanaman terlihat hiaju meski terkadang ada sedikit semburat kuning dan ada 1 yang kurang bagus.









Semoga tanaman semakin subur dan berbuah lebat amin...

Ini saya sudah buatkan dalam versi video, semoga bermanfaat.



Update di sini

Sunday, 19 March 2017

Kebersihan Atap Akuaponik

Sinar matahari merupakan salah satu komponen penting bahkan pokok dalam menanam, termasuk dalam akuaponik, karena tanpa sinar tentu tanaman yang kita tanam takkan hidup. Dari pengalaman sebelumnya, Perlukah Atap Dalam Akuaponik' kami membagikan pengalaman tentang perbedaan antara akuaponik yang menggunakan atap dan tidak, dan itu memang jelas terlihat perbedannya. Tapi di satu sisi penggunaan atap akan memiliki efek juga jika atap yang telah dipasang dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian. 
Pengalaman kami ini tentu dalam skala rumah tangga dengan sistem yang kecil, jadi masih memungkinkan untuk dilakukan. 
Seiring waktu, atap yang kita pasang tentu tak akan terbebas dari debu atau kotoran yang lain. Selama ini, dari pengalaman, ketika musim panas, atap akan tertutup oleh debu, karena selama musim panas, kondisi tanah akan kering sehingga akan banyak debu beterbangan dan sampai juga di atap akuaponik kita. Untuk musim hujan tentu berbeda lagi. Pada musim hujan debu yang menempel akan tersapu air saat turun hujan, tapi pada musim dimana hampir setiap hari hujan, ternyata hal itu membuat atap banyak ditumbuhi lumut walau hanya tipis. Memang dari bawah lumut tak akan terlihat, tapi jika kita melihat langsung dari atas akan sangat jelas terlihat, atap akan terlihat hijau tipis. 


Atap yang tertutup lumut tipis.

Banyaknya debu dan lumut tentu akan berdampak pada intensitas sinar yang masuk, sehingga membuat tanaman akan kekurangan cahaya, tidak hanya itu, redupnya suasana akibat minim sinar, akan membuat banyak hama bersuka ria dan betah untuk tinggal di dedaunan sayuran kita. Jadi, alangkah baiknya atap dibersihkan.
Selama ini yang kami lakukan tidak berkala, tapi melihat langsung kondisi atap. Ketika atap sudah terlihat kusam dan seperti tidak tembus pandang itu artinya atap sudah sangat kotor. Tapi jika mau dilakukan berkala tentu akan lebih bagus lagi.


Gosok terus sampai bersih.

Untuk membersihkan atap sebenarnya cukup mudah, untuk atap yang terpasang seperti yang kami miliki, cukup dibutuhkan kain pel, stok, air dan tangga jika terlalu tinggi. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiram atap dengan air, supaya kotoran atau lumut 'medok' sehingga mudah untuk dibersihkan. Setelah itu, dengan kain dipasang distok kita pel atap seperti saat kita mengepel lantai. Tidak perlu disikat, hanya dengan kain pel kotoran mudah dibersihkan. Jika kotoran sudah banyak menempel di kain pel, kita perlu mencucinya, setelah bersih kita gunakan lagi. Setelah proses 'ngepel' selesai, atap sebenarnya sudah bersih, tapi supaya lebih mantap bisa kita siram lagi dengan air bersih. Jika kita punya banyak waktu dan memang mau, bagian bawah bisa juga dilap supaya hasilnya lebih baik lagi. 


Atap terlihat lebih bersih dan transparan setelah dipel.

Setelah atap selesai dibersihkan, suasana akan sangat berbeda sekali, menjadi lebih terang. Pekerjaan ini memang sepele, tapi dampaknya besar bagi kehidupan tanaman sayur yang kita tanam. 

Selamat membersihkan dengan hari riang gembira... he...

Wana Wana


Saturday, 11 March 2017

Ketahanan Lele, Nila dan Gurame di Akuaponik IBC

Seperti yang telah kami utarakan pada Update Akuaponik IBC 2017_#1, untuk menambah nutrisi tanaman cabe yang kami tanam di growbed baru, kami menambahkan 5 kg lele yang setelah dihitung jumlahnya 380 ekor. Kami tak pernah memperkirakan bahwa yang kami beli terlalu banyak, tapi semua sudah terjadi mau tak mau tetap harus dipelihara. 


Lele baru kami.


Tidak sampai 2 hari, bencana mulai datang, ikan nila yang juga kami beli mulai mati satu persatu, dan beberapa hari berikutnya ternyata tak kunjung berhenti. Tanggal 8 Maret sepulang kerja, kami kaget karena mendapati 4 ekor ikan nila mati, yang lebih parah, ada 1 ekor yang sangat besar ikut mati. Sore itu juga kami langsung kuras dan kami buatkan filter tambahan khusus untuk air yang menuju kolam nila, semua serba dadakan untuk antisipasi kematian yang lebih banyak lagi.


Pengurasan kolam, gurame terlihat besar-besar he..

Melihat banyak ikan yang mati tanpa tanda tanda luka di tubuhnya, kami mulai curiga bahwa ini mungkin karena tingginya amoniak akibat banyaknya lele yang kami masukkan di kolam satunya. Karena kolam lele dan nila saling terhubung dalam satu filter, sehingga akan saling mempengaruhi. Akibat banyaknya ikan lele, kotoran menjadi banyak, belum lagi filter yang diterapkan. Selama ini filter hanya untuk jumlah ikan sekitar 100-200 ekor. 
Dugaan itu mulai terlihat jelas ketika ada ikan nila yang sudah 80% dikatakan mati, karena sama sekali terkapar di dasar tanpa ada gerakan sedikitpun, mungkin hanya sesekali membuka mulutnya, itupun sudah sangat lemah sekali. Pada kondisi itu, ikan kami angkat dan kami masukkan ke ember dan diisi air bersih. Walau lama, tapi ternyata ikan tersebut perlahan mulai sehat, bahkan setelah mungkin lebih 1 jam, ikan tersebut dapat berenang seperti ikan yang sehat. Kejadian ini. bagi kami semakin membuktikan bahwa kematian nila kemungkinan besar akibat tingginya amoniak.


Yang hampir mati hidup lagi.

Sore itu juga kami berusaha memutus aliran air dari filter ke kolam nila & gurame, agar amoniak tidak cukup banyak di kolam nila, dan sementara untuk sirkulasi air kami gunakan pompa cadangan. Setelah kami ganti air baru sekitar 80%, kami buatkan filter mini dari ember cat 25 kg, yang kami isi pecahan genting dan arang kayu pada bagian bawah, bagian atas kami masukkan dakron (kapas filter). 


Penambahan filter mini.


Media dakron bagian atas.


Disaring lagi.

Skema filter mini, yang warna coklat berupa media.

Setelah 1,5 jam bekerja dikejar waktu karena ada kegiatan lain, akhirnya selesai juga, lega walau waktu belum tahu hasilnya.

Bagaimana nasip lele dan gurame...?

Awalnya kami menduga kematian nila yang begitu banyak akibat jamur, atau penyakit lain, karena memang ada beberapa seperti terserang jamur walau tak parah. Kami sempat kawatir jika lele dan gurame juga akan tertular, tapi sampai hari ini, kematian lele hanya sekitar 5 ekor, dan gurame yang tercampur dengan nila sama sekali tidak ada masalah, mereka terlihat sehat.. amin.
Memang sangat bertolak belakang dengan nila, dalam situasi nila banyak yang mati karena kemungkinan tingginya amoniak, ikan lele justru tetap sehat bahkan lahap makan, kadang-kadang saat kami datang mereka akan bergerombol miminta makan, seperti tak ada masalah sama sekali. 
Dan untuk gurame, mereka tetap mau makan, karena daun talas dan kangkung yang kami berikan semakin lama habis juga, walau tak pernah kami lihat kapan meraka makan, maklum gurame ikan pemalu menurut kami he...

Dan kemarin 10 Maret, untuk antisipasi hal-hal yang tak diiginkan lagi, kami mulai menguras & memperbaiki filter dan menambahkan media untuk rumah bakteri. Untuk filter mini tetap kami pasang, hanya saja aliran dari filter yang biasa dibypass ke kolam, kami tidak lakukan lagi. Dalam proses pembersihan, ternyata kami temukan lagi 3 bangkai ikan nila tapi sudah tak berbau, parah.... he...he...
Semoga semua penghuni akuaponik ibc semakin betah dan sehat lagi dan tanaman di akuaponik ibc semakin tambah subur.

Semoga cabenya tumbuh subur.
 



Salam Akuaponik.

Sunday, 26 February 2017

Update Akuaponik IBC 2017_01

Setelah sekian lama, ingin rasanya meng-update akauponik ibc, walau tanaman di akuaponik ini sedang merana. Posisinya yang terlalu dekat rumah, menyebabkan kurangnya sinar matahari, bahkan hampir 90% seperti saat ini, saat matahari berada di sebelah selatan katulistiwa. Pada saat matahari kurang bersahabat, akuaponik tetap berjalan walau kurang maksimal. Tapi jangan salah, akuaponik tidak hanya sayuran, tapi juga ikan, walau merana dari segi sayur, ikan justru sebaliknya, kami sering mengambil untuk lauk, karena tujuan utama kami memang untuk kebutuhan gizi keluarga. 

 
Jika ada saudara datang bisa masak ikan he..

 
Karena kami bertiga kami ambil cukup 3 saja.


Meskipun sayuran di akuaponik ibc sedang 'istirahat', kami bisa mengambil sayuran dari akuaponik lain atau yang kami tanam di pot.  Sayuran dan ikan terkadang kami kombinasikan menjadi menu yang lezat menurut selera kami. Seperti di bawah ini, dengan mengumpulkan sayuran di kebun dan mengambil ikan di akuaponik ibc untuk membuat sop ikan makanan kesukaan kami.


Semua dari pekarangan kami.

 
Sop ikan favorit kami.

Kami mengambil ikan hanya yang sudah besar, dan memang lumayan, bobot ikan nila yang biasa kami ambil antara 500-750 gr.


 
Senang bisa panen kapanpun kita mau.

Terlalu asyik kami menikmati ikan, tidak terasa ikan mulai habis terutama di akuaponik ibc. Memang sejak pertama sekitar 2 tahun yang lalu, kami hanya membeli sekali ikan nila, setelah itu ikan beranak pinak sampai sekarang, dan yang kami ambil sekarang entah turunan keberapa he..
Kebetulan kami ingin menambah growbed untuk menanam sayuran terutama cabe dari kolam ibc, sehingga kami perlu menambah ikan lagi supaya nutrisi terpenuhi, selain itu jumlah ikan nila juga semakin sedikit.
Kemarin sore setelah growbed siap kami membeli ikan lele sebanyak 5 kg, yang isinya setelah dihitung ada 380 ekor, kata penjual umur lele sekitar 1 bulan. Lele kami masukkan ke kolam ibc 1 yang sebelumnya ikan nila yang tersisa tidak lebih dari 20 ekor kami pindahkan ke kolam ibc 2.






Growbed baru dengan sistem aliran atas.


Selain lele kami membeli nila 2 kg, yang jumlahnya 25 ekor. maksud kami supaya lele baru ini ini bisa kawin dengan lele yang lama yang tinggal di ibc 2.








 
Pedro sedang menghitung lele he...

Setelah lele masuk kolam, pagi ini lele dalam kondisi sehat mau makan. O iya air kolam sengaja tidak kami ganti meskipun kami masukkan 100% ikan baru di ibc 1, alasan kami sistem sudah bagus atau 'matang'.


Kondisi lele pagi ini.


8 Maret 2017

Masalah ternyata datang setelah pembelian ikan baru, beberapa hari kemudian ikan nila yang baru saja dibeli ternyata bergelimpangan, kemungkinan karena jamur. Sama seperti dulu di awal, ikan banyak yang sakit dan akhirnya mati, untuk antisipasi terpaksa kolam dikuras. 
Untungnya kami diberi penghiburan meski ikan nila baru banyak yang mati. Setelah dikuras, kami bisa melihat ikan  gurame yang kami pelihara sejak akuaponik ibc kami bangun, mungkin sudah sekitar 2,5 tahun, kami ambil salah satu dan kami foto 'klik' he... Bukan tanpa alasan, kami begitu senang dan heran, meski ukuran luas kolam hanya 1mx1m, tapi ikan gurame dapat tumbuh besar.





Trimakasih.

Update Akuaponik Sistem Sumbu #3

Setelah tanaman sawi tidak berkembang dengan baik, akhirnya kami memanen dan memasaknya meskipun kecil dan sedikit, bagaimanapun itu adalah hasil yang tetap harus diterima dan dinikmati, tapi jangan salah, sawi itu tetep bebas pestisida he... 
Setelah panen, beberapa hari kemudian kami coba tanam kangkung dengan 2 butir biji yang langsung dimasukkan di rockwool, dengan cara membuat lubang kecil. Sebelum biji kami masukkan kami coba tuang dulu di air, biji yang mengambang kami buang, dan yang kami tanam biji yang tenggelam. 
Biji kami masukkan ada yang tanggal 29 Januari untuk 3 lajur dan lajur berikutnya kalo tidak salah tanggal 1 Februari 2017, sekitar 2 hari kemudian mulai tumbuh.  
Seperti sebelumnya, kami mengamati pergerakan akar, memang perakaran kangkung begitu cepat, bahkan ada beberapa yang langsung menembus ke kain flanel lurus menuju ke air, dan tidak melewati jalur kain flanel.


 
Sekitar hari ke-8, perakaran sudah mulai begitu banyak.


Berbeda dengan tanaman sawi sebelumnya, bak tempat menanam sekarang tentunya sudah jauh lebih 'matang', karena sistem jauh lebih lama, sehingga meskipun bak ini digunakan sebagai penampung kotoran, setidaknya akan lebih banyak nutrisi yang bisa diserap.
Sama seperti sebelumnya, sinar matahari masih menjadi kendala utama, tanaman di area ini sekitar jam 10 pagi baru mendapatkan sinar, itu belum ditambah cuaca yang sering hujan, jadi terlihat tanaman kangkung lebih jangkung. Meskipun begitu, dari yang kami perhatikan, tidak ada tanda tanda tanaman atau ujung daun menguning sebagai tanada kekurangan nutrisi.


Sekitar hari ke-22.
Meskipun tidak bisa hijau pekat, tapi tanaman terlihat sehat, mungkin karena 100% dari kotoran ikan.


Sekitar hari ke-26







Jika dilihat dari samping.


Jika kami amati, tidak terlihat hama yang sembunyi dibalik daun, tanaman terlihat mulus, semoga setelah panen pertama, cabang semakin banyak sehingga semakin rimbun..




Akhirnya setelah umur kurang lebih satu bulan, tanggal 29 Februari kami panen, karena masih muda ketika dimakan rasanya memang jauh lebih enak dibandingkan setelah pemotongan atau setelah panen ke-2 dan seterusnya. Kangkung memang tidak rimbun, karena penanaman hanya 1-2 biji tiap netpot tapi itu cukup buat kami.

28 Maret 2017

Setelah pemangkasan/panen pertama, pertumbuhan kangkung semakin bagus, hal itu kemungkinan besar karena perakarannya yang semakin banyak dan luas.

 
Satu sisi panen, sisi lain tumbuh..

Trimakasih.

Wednesday, 8 February 2017

'Bank' Sampah Daun




Sejak awal, kami ingin memiliki hunian yang menyatu dengan alam, sehingga pemandangan hijau menyegarkan, udara yang bersih dan sejuk, bisa kami dapat dan rasakan dari dalam rumah kami. Untuk itulah kami banyak menanam pepohonan, baik buah, bunga dan sayuran. Kami ingin rumah kami sejuk karena tanaman yang kami tanam bukan karena mesin ac (air conditioner), kami ingin rumah kami segar bukan karena parfum atau wewangian buatan, namun kesegaran alami dari tanaman yang kami tanam, kami ingin udara di lingkungan kami bersih bukan karena mesin pembersih udara, tapi karena tanaman yang kami tanam. Dan semua itu sekarang sudah dan terus kami wujudkan meskipun jauh dari sempurna, setidaknya kami berusaha menciptakan hunian yang menyatu dengan alam yang penuh pepohonan.
Meskipun pekarangan kami tidak terlalu luas, namun banyaknya pepohonan, menyisakan sampah daun yang begitu banyak. Mungkin bagi sebagian orang, dengan menanam banyak pepohonan akan menyusahkan, karena kita harus membersihkan setiap hari, belum ketika sudah rimbun, kita harus melakukan pemangkasan. Memang benar anggapan itu, namun jika kita mau menggali lebih dalam lagi, tentu manfaat yang didapat dengan banyak menanam pohon akan jauh lebih banyak bahkan tak ternilai manfaatnya.
Sampah daun memang menjadi kendala, tapi jika dimanfaatkan kembali tentu akan menjadi berkah bagi kita atau alam lingkungan sekitar kita. Dulu kami telah membuat 'Lubang kehidupan' untuk tempat kami menampung sampah daun di titik titik tertentu sekaligus sebagai resapan air, namun rupanya lubang tersebut tak mampu menampung banyaknya daun yang setiap hari berjatuhan, sehingga kami membutuhkan tempat yang lebih besar lagi.


 
Daun menumpuk setelah pemangkasan.

Ketika 'lubang kehidupan' sudah tak mampu menampung sampah daun kami, kami mengumpulkan daun di tempat tertentu yang langsung bersentuhan atau beralaskan tanah dan tempatnya sejuk, tidak kering, lama-lama daun yang bagian bawah akan membusuk, bahkan semakin lama banyak cacing berkumpul di tempat itu. Tidak hanya cacing, akar tanaman yang berada disekitarnya pun akan menjalar ke tumpukan daun yang telah membusuk dan menjadi tanah tersebut.
Berbekal pengalaman itulah kami mencoba membuat wadah yang lebih besar, supaya dapat menampung lebih banyak daun dan bisa kami manfaatkan sebagai pupuk. Wadah kami buat dari tong air yang sudah tidak terpakai dan kami membuatnya secara sederhana saja berdasar  pada apa yang kami amati di lingkungan kami.

Cara membuat...
1. Membuat lubang di seluruh badan tong, supaya ada banyak oksigen bisa masuk, bagian bawah juga harus diberi lubang, semakin banyak semakin bagus, bahkan alasnya dipotong juga ndak papa, supaya bisa bersentuhan langsung dengan tanah.

 
Melubangi tong.

 2. Dibuatkan pintu dibagian bawah yang bertujuan untuk mengambil daun yang sudah menjadi pupuk, karena lapisan bawah adalah lapisan yang paling duluan masuk sehingga paling cepat menjadi pupuk.



Dibuatkan pintu.


3. Tempatkan di tempat yang teduh, dibawah pohon akan lebih baik, supaya sampah yang ada di dalam tidak kering, selain itu cacing dan bakteri pengurai akan senang he.. Jnagn diberi alas, biarkan bersentuhan dengan tanah langsung, terbenam tentu baik kalo wadahnya tidak besar.



Tempatkan ditempat yang teduh.


4. Masukkan sampah daun, jika mau, dipotong kecil-kecil supaya proses pembusukan lebih cepat, kalo bisa kayu jangan dimasukkan karena prosesnya lama, lebih baik untuk kayu bakar he...





 5. Karena kami membiarkan berproses secara alami, maka prosesnya agak lama dalam hitungan bulan mungkin sekitar 6 bulan. Jika dilubang samping sudah ada banyak kotoran cacing yang keluar, itu pertanda bagian bawah sudah ada daun yang menjadi tanah, coba dicek dengan membuka pintu yang sudah kita buat.


Bagian bawah sudah menjadi pupuk, kotoran cacing terlihat .




Tanah yang sudah menjadi pupuk bisa kita gunakan langsung untuk menanam, kalo kami biasa kami gunakan untuk menanam sayuran di pot.


Ini salah satu contohnya.

Demikian sedikit pengalaman kami dalam mengelola sampah daun di pekarangan kami. Trimakasih

Salam Hijau

Wana Wana


Sunday, 29 January 2017

Update Akuaponik Sistem Sumbu #2

Seperti sebelumnya, pertumbuhan tanaman sawi begitu lambat, sebagai perbandingan, tanaman sawi yang ditanam di dalam pot dengan media tanah sudah tumbuh besar, sedangkan pada sistem sumbu ini masih kecil. Akan tetapi, sejak akar mulai masuk ke dalam air dan umur sistem di dalam bak yang terus bertambah, sepertinya ada perkembangan yang lebih baik, meskipun bisa dikatakan sudah terlambat karena usia tanaman sawi sudah mulai menua, tapi jika hanya untuk diamati tentu tak masalah.


Pertumbuhan mulai bagus, meskipun terlanbat.

 
Di pot sudah berkembang pesat.

Meskipun ada masalah dipertumbuhan, ada yang jauh lebih menarik dari tanaman sawi ini. Matahari yang jarang muncul, dan hujan yang terus menerus, tentu membuat banyak hama akan singgah di tanaman termasuk di sawi ini. Pada tanaman sawi di akuaponik kolam koi dan di pot, banyak daun yang menggulung ke dalam, seperti ada hewan penghuni di balik daun, pemandangan berbeda terjadi pada tanaman sawi yang bersistem sumbu, meskipun pertumbuhan lambat karena kekurangan nutrisi, namun tidak ada satupun daun yang menggulung ke dalam, semua daun tampak tidak ada keanehan alias normal. Dari pengamatan ini, kemungkinan besar hama enggan bersembunyi di balik daun karena adanya pantulan cahaya dari cd/dvd bekas. Semoga saja hal ini benar adanya. 

  
Terlihat banyak daun menggulung (akuaponik kolam koi)    

 
Karena sejak awal ada siji yang tidak tumbuh, yang kemudian kami coba menanam selada air yang justru membusuk, kini kami mencoba menanam kangkung. Harapan kami akan ada atau terlihat perbedaannya dengan tanaman sawi.


Biji kangkung yang mulai berkecambah.

Semoga perlahan ada yang bisa diambil dari pengalaman ini.