Saturday, 18 April 2015

Aquaponik Kolam Koi Jilid II

Kebutuhan pangan keluarga yang semakin bertambah, memanfaatkan kolam koi supaya memiliki nilai lebih dan menjaga ikan koi selalu dalam keadaan sehat adalah alasan-alasan mengapa akuaponik kolam koi saya bangun kembali. Untuk aquaponik kolam koi jilid II ini, desain yang kami buat tidak sama dengan aquaponik ikan koi sebelumnya, tentu harus lebih baik karena pengalaman yang telah saya dapatkan. 



Skema Akuaponik Kolam Koi II


"Pengairan"....
Untuk masalah distribusi air atau saya sebut "pengairan", jika pada akuaponik koi sebelumnya, dari pompa saya distribusikan ke setiap growbed, kali ini saya menyediakan sebuah tong. Air dari kolam/filter kolam dialirkan ke tong dan dengan mengandalkan gravitasi, air dari tong tersebut didistribusikan ke growbed dan sebagian kecil langsung ke kolam. Tentu saja bukan tanpa alasan saya melakukan perubahan tersebut, dari pengalaman sebelumnya, ketika menggunakan pompa untuk medistribusikan air ke setiap growbed, kemampuan pompa menjadi tidak maksimal, bahkan beban pompa menjadi terasa berat karena adanya banyak belokan dan percabangan. 
Kali ini, dari pompa hanya dibutuhkan pipa kurang dari 2 meter yang terpasang secara vertical dan hanya ada 1 belokan, tentu diharapkan beban pompa semakin berkurang sehingga bisa bekerja maksimal.



Tong kontrol.


Growbed & Media tanam...
Untuk growbed saya mencoba menggunakan ember bulat ukuran besar, dengan harapan akan menampung lebih banyak tanaman, di satu sisi karena harga yang murah he.. Jika pada aquaponik koi sebelumnya setiap growbed dipasang bell siphon sebagai pengatur pasang surut, kali ini hal tersebut tidak saya lakukan lagi. Dengan menerapkan satu alat pasang surut (siphon apung) untuk beberapa growbed, pemikiran saya tentu saja akan lebih menghemat ruang, bahan dan biaya, dan mungkin perawatan akan jauh lebih mudah.



Proses pemasangan rak.



Cara saya memasang growbed.




5 growbed yang siap diisi media.


Untuk media tanam, 1 growbed menggunakan batu sedangkan 4 growbed yang lain menggunakan arang kayu, karena selain ringan juga murah he...



Growbed sudah terisi media.. ada bonus di atasnya he...


Pengatur pasang surut...

Setelah mencoba mengaplikasikan 2 siphon apung pada aquponik kolam fiber, kali ini saya sengaja tetap memilih untuk menggunakan siphon apung sebagai pengatur pasang surut. Saya berharap dengan menggunakan siphon apung tersebut, saya bisa mendapatkan pengalaman lebih, sehingga ke depan, siphon apung tersebut bisa lebih sempurna.
Seperti yang terdapat pada gambar sketsa, siphon apung hanya 1 buah, akan tetapi, dalam tahap ujicoba terdapat kendala yaitu air yang ada di dalam 3 growbed hanya bisa turun tidak lebih dari 5 cm, sedangkan 2 growbed lainnya tidak mengalami surut sama sekali, hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan harapan. Akhirnya saya menerapkan 2 siphon apung dengan harapan bisa bekerja sesuai rencana, tapi ternyata keadaanya tetap sama. Secara perlahan terus mencoba mempelajari mengapa hal itu bisa terjadi, hingga akhirnya masalah bisa ditemukan.
Pada siphon apung bagian bawah, ada lubang untuk keluar air, lubang tersebut punya peranan yang sangat penting dalam proses surut, semakin banyak dan semakin besar lubang, maka proses surut akan semakin cepat. Akan tetapi, sepertinya hal tersebut menjadi kendala apabila siphon apung tidak berada dalam growbed atau dengan kata lain, penempatan siphon apung terpisah dari growbed.
Pada siphon yang saya terapkan sebelumnya (sebelum berhasil), ada 8 lubang dengan diameter 6 mm untuk setiap lubang, akibat ukuran yang besar dan jumlah yang banyak, saat proses surut, yang terjadi adalah air yang ada di dalam ember cat sebagai tempat siphon, mengalami surut begitu cepat, dan kecepatan tersebut tidak mampu diimbangi oleh air yang mengalir dari growbed menuju ember cat, akibatnya proses pasang surut hanya terjadi secara maksimal di ember cat.
Dari kejadian itu akhirnya saya membuat lagi dengan memperkecil diameter menjadi 5 mm dan jumlah yang hanya 4, setelah dilakukan ujicoba akhirnya proses surut bisa terjadi sesuai harapan.  Ketika air di dalam ember cat mengalami proses surut, air yang ada di growbed juga terjadi demikian secara bersamaan. Seharusnya dengan hanya 1 siphon apung bisa untuk 5 growbed, tetapi karena sudah terlanjur membuat 2 akhirnya kedunya saya gunakan. siphon apung 1 untuk 3 growbed, dan siphon apung 2 untuk 2 growbed. 



Pemasangan siphon apung pada ember cat.



2 siphon apung sebagai pengendali pasang surut.

Kolam koi...

Rupanya ada hal yang menarik setelah aquaponik diterapkan pada kolam koi, selama ini kolam koi yang warnanya keruh dan kehijau-hijauan perlahan-lahan berubah menjadi bening seiring bertambahnya usia akuaponik. Sekarang ikan koi benar-benar bisa dinikmati keindahannya, semoga beningnya kolam koi akan terus terjaga, dan sayuran yang dihasilkan dari kotoran ikan koi bisa kami nikmati. Selama ini kami membeli pelet koi yang lumayan agak mahal, semoga dengan adanya akuaponik tidak hanya menikmati keindahannya tapi juga sayurannya he...


Air yang terlihat bening.


Sekarang koi bisa terlihat he...



PERKEMBANGAN

1 Juni 2015

Mengandalkan proses alami berjalan memang membutuhkan waktu yang lama, tapi dari situlah kita akan banyak tahu bagaimana sebuah proses itu berjalan melalui perubahan terjadi dari tanaman yang kita tanam. 

Setelah ember diisi media, tidak begitu lama langsung saya tanami berbagai macam benih tanaman yang kebetulan ada. Dari yang semula daun berwarna hijau subur, setelah saya pindah ke aquaponik perlahan mulai menguning, bahkan semakin parah. Saya benar-benar ingin tahu apa yang akan terjadi seiring bertambahnya usia aquaponik.
Seiring bertambahnya usia, yang sekarang kurang lebih 1,5 bulan, daun hijau muda mulai terlihat, perubahan itu semakin terlihat.  

Untuk bak 1, saya coba tanam bawang merah dan bunga kol, bawang merah saya pindah dari pot yang usia tanaman waktu itu masih sangat muda, begitu juga bunga kol. Sepeti yang telihat pada foto (Bak 1), daun bunga kol terlihat menguning pada bagian bawah, dan mulai menghijau pada bagian atas.  


Bak 1

Bak 2 sebenarnya juga diisi media arang, akan tetapi ditengah perjalanan saya tergoda untuk menggantinya, karena ingin mengetahui apa yang akan terjadi jika menggunakan media yang berbeda. Kebetulan ada banyak kerikil, akhirnya saya gunakan,  harapan saya semoga nanti saya bisa mendapatkan hal-hal yang bermanfaat dari masing-masing media tersebut. Untuk tanaman, pada bak 2 ini saya tanam bawang merah, apakah nanti bisa menghasilkan umbi, kita lihat bersama nanti hasilnya he...


Bak 2

Bak 3 memang yang terlihat bagitu parah, daun sawi terlihat benar-benar kuning, bahkan sampai berwarna kecoklatan. Tapi seiring waktu bisa kita lihat gradasi perbedaan warna dari tanaman sawi tersebut. Paling bawah berwarna kuning kecoklatan, lebih ke atas kuning kehijauan, dan sekarang mulai terlihat lebih hijau pada bagian paling atas atau daun muda. Selain sawi ada juga tanaman cabe yang saya semai dari biji secara langsung. Hal yang sama juga terjadi gradasi warna daun meskipun tidak separah tanaman sawi. 


Bak 3

Bak 4 sama seperti pada bak 3, warna kuning mendominasi, tapi perlahan-lahan mulai berubah. Ada rencana untuk mengganti media pada bak 4 ini dengan pecahan genting, tapi belum terlaksana. Sementara saya ingin mengamati terlebih dahulu perkembangan tanamannya.


Bak 4

Bak 5 dengan media pecahan batu koral, sepertinya lebih baik, daun lebih terlihat hijau terutama untuk tanaman bunga kol, apakah menandakan media batu koral lebih baik, kita lihat saja perkembangannya.


Bak 5


Foto bersama he..

1 Juli 2015

Tanaman yang mulai menghijau kini perlahan kembali mulai menguning, kemungkinan terbesar karena akhir-akhir ini ikan koi hanya diberi makan sekali di pagi hari, sehinga berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi. Sisi baiknya, meskipun 2 bulan sudah berjalan dan air kolam sama sekali tidak pernah diganti, air selalu terlihat bening dan segar, dan keindahan ikan koi bisa dinikmati.


Bak 1


Bak 2


Bak 3


Bak 4


Bak 5


Siphon apung yang selalu ok... 


28 Juli 2015


Bak 5, kapan kubisnya nge-crop..?

Bak 4, Baru kali ini menanamnya.


10 Agustus 2015

Gak ngecrop2 juga he...


Satunya sudah dimakan, ini yang lain lagi he...


Bawang merah 1


Bawang merah 2


Bawang merah 3

Ada hal menarik yang saya dapatkan dari pengalaman menanam bawang merah di akuaponik ikan koi II ini. Tanaman bawang merah yang saya tanam di media arang, satupun tidak ada yang keluar umbinya, berbeda dengan yang saya tanam di media batu kerikil putih, hampir semua bisa keluar umbinya. Dan saya tak berani mengambil kesimpulan, tapi baru dugaan awal, mungkin batu kerikil putih tersebut banyak mengandung unsur calsium (Ca), semoga dugaan itu benar he..


15 Agustus 2015

Dan memang untuk bawang merah di media arang tidak pernah mau ber-umbi, berbeda dengan media batu putih, kini mereka sudah mulai menunduk yang menandakan sudah waktunya bisa dipanen. 


Umur jauh lebih tua, tapi tak pernah mau berumbi.



Apakah pertanda sudah waktunya boleh dipanen ?


Banyak umbi tapi ukurannya kecil.



Jumlahnya sedikit tapi umbi bisa membesar.









25 Agustus 2015

Setelah lebih dari 1 minggu daun bawang merah yang telah merunduk seolah-olah layu kami biarkan, akhirnya kami panen juga dan ini adalah pengalaman pertama dan menarik bagi kami. Bagaimanapun ini bagian dari 'coba-coba' kami, karena tanpa mencoba kami tidak akan banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berharga ini.





Hasil panenan bawang merah akuaponik


Bersambung ke Update-Akuaponik Kolam Koi II he..




Friday, 13 March 2015

Tanah dan Aquaponik

Terkadang sering muncul pertanyaan dalam diri saya, apakah akuaponik harus tanpa tanah..? Dari pertanyaan itu, kemudian saya menggali dan memahami lagi apa sebenarnya akuaponik. Ya... aquaponik adalah gabungan dari budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya tanaman/sayuran dalam satu kesatuan sistem yang saling menguntungkan, jadi rasanya sah-sah saja, jika saya memodifikasi sistem aquaponik dengan memasukkan unsur tanah dalam sistem tersebut.

Dari pengalaman yang saya dapatkan di aquaponik kolam fiber dan aquaponik box ibc, saat unsur tanah coba saya libatkan, rupanya ada hasil yang lebih bagus, lebih dari itu, banyak jenis tanaman termasuk umbi-umbian bisa di tanam di aquaponik. Dari situlah saya mencoba berfikir dan berfikir lebih jauh lagi, negara kita dikaruniai tanah yang sangat subur, jadi... kenapa tidak kita memanfaatkan tanah dalam ber-aquaponik.
Untuk negara-negara tertentu yang memang tidak memiliki tanah sesubur Indonesia, tentu aquaponik tanpa tanah bisa menjadi sebuah solusi. Negara kita Indonesia, diberi karunia tanah yang sangat sangat subur, tentu akan menjadi sebuah "bencana" bagi kita ke depan, bila kita tidak memanfaatkan dan menjaga sebaik-baiknya. 


Bagi saya, memasukkan unsur tanah atau kompos dalam sistem aquaponik bisa lebih memotivasi diri sendiri, karena dengan hal tersebut, saya akan mencoba lebih kreatif lagi untuk memanfaatkan dedaunan di pekarangan dan sisa potongan sayur di dapur untuk diolah menjadi kompos, yang hasilnya bisa digunakan dalam ber-aquaponik.

Saya akan bagikan lagi beberapa foto dari akuaponik kolam fiber dan aquaponik box ibc yang menggunakan unsur tanah di lapisan atas.



Tanaman sawi di box ibc


Bawang merah bisa tumbuh subur.


Tanaman tomat tumbuh subur.


Tomat tersisa untuk dipanen.


Terimakasih...



Monday, 9 February 2015

Aplikasi SIPHON APUNG wana-wana

Rasanya sudah "gatal" untuk mengaplikasikan langsung siphon apung wana-wana ke akuaponik. Kebetulan ada pralon yang selama ini kurang optimal penggunaanya di akuaponik kolam fiber, dengan menambah "T" dan juga dop/tutup pralon,siphon apung harus saya aplikasikan.  Saya juga belum tahu apa kelemahan dari siphon saya ini, untuk itulah saya harus mencoba langsung.

Tepatnya hari Minggu 8 Februari kebetulan libur kerja, sepulang dari bermain bersama istri dan anak tercinta, langsung tancap gas menuju halaman belakang. Jujur, memang tidak mudah mengaplikasikan siphon apung, karena kita harus mengatur supaya siphon dapat naik atau turun dengan jarak sekitar 10 cm, sementara jarak antara bagian atas dan bawah (ujung "T") sekitar 25 cm. Perlahan tapi pasti, ketemu juga ide untuk mengaplikasikan siphon tersebut, begitu senang rasanya... he... 


Penampakan Siphon dari atas.


Beginilah penampakan secara lebih luas.


Output disalurkan ke kolam fiber.

Untuk sementara pralon belum diisi tanaman, jadi saya ingin mengetahui terlebih dahulu apakah ada masalah, sambil menyiapkan langkah lain yaitu media tanam, sekaligus tanamannya, tapi air tetap dialiri dari kolam ikan.


10 Februari 2015


Siphon baru dan membuat sendiri memang butuh perjuangan, terjadi masalah itu pasti, tapi menurut saya justru itulah yang akan menjadikan siphon apung ini semakin sempurna (harapan saya. .he..). Jujur, pembuatan siphon ini butuh ketelitian lebih, mulai dari lubang air yang harus tepat dengan kolong, jarak kolong dan siphon yang tidak boleh terlalu longgar, bahkan hasil pembuatan lubang air harus mulus, jika tidak, dipastikan siphon tidak akan bisa bergerak naik turun.
Hal-hal detil telah dilakukan, bahkan perisai/pelindung pun telah dibuat dengan cantik. Kemarin sore tepatnya 9 Februari 2015, sehari setelah sistem berjalan, tenyata siphon macet, berfikir dan berfikir mencari penyebabnya. Setelah berkutik agak lama, saya mencoba meraba perisai bagian dalam terutama bekas pengeboran, benar juga, betapa kasarnya bekas pengeboran. Akhirnya perisai dicopot lagi dan lubang-lubang bekas pengeboran harus dibuat sehalus mungkin. Sistem dipasang lagi dan berjalan dengan baik, tapi setelah beberapa kali berjalan, lagi-lagi macet, kali ini harus berfikir lebih keras lagi, usut punya usut, ternyata ada bagian dari sambungan pipa yang fungsinya hanya untuk mengalirkan air ke kolam ternyata menjadi penyebabnya, terpaksa harus dilakukan modifikasi dengan memperuncing sambungan.

Pagi hari tadi (10 Februari 2015) sekitar pukul 05.30 WIB, sistem saya cek lagi, dan masih berjalan lancar, senang rasanya he.... Karena sistem sudah lebih lancar, akhirnya sambil bersih-bersih rumah, saya mencoba mencatat berapa lama proses surut dan pasangnya. Dari proses pencatatan diperoleh,

Proses surut terjadi selama       1:50 dtk.
Proses pasang terjadi selama   18:30 dtk.

O iya.. kemarin sore, saya juga melakukan pengukuran debit yang masuk ke pralon, meskipun tidak begitu presisi, dari hasil secara rerata, debit air adalah sekitar 1.8 liter/menit.


12 Februari 2015

Setelah beberapakali dop bagian bawah siphon apung tersangkut pipa sambungan, saya mencoba mencari ide untuk mengganti dengan cara berbeda. Setelah melihat siphon apung bagian bawah dengan detail, akhirnya ketemu ide untuk mengganti sambungan pipa yang sering menyebabkan siphon apung macet. Dan akhirnya, pipa sambungan untuk mengalirkan air ke kolam saya ganti dengan cara seperti gambar di bawah ini.


Penggantian pipa buangan ke kolam.


Tidak hanya lancar, ternyata setelah penggantian pipa, ada perubahan besar yang terjadi terutama air yang keluar. Jika dengan sambungan pipa 3/4", proses surut terjadi selama 1:50 detik, setelah diganti dengan pipa 2", proses surut terjadi hanya 54 detik sebuah perubahan yang besar. 
Setelah saya amati, selama ini meskipun air bisa keluar, tapi akibat terhalang pipa 3/4", air tidak bisa mengalir dengan lancar, berbeda dengan pipa 2" air bisa leluasa mengalir lancar.

Meskipun berhasil mengalir, setiap hari selalu tak lepas dari pengamatan, apakah siphon apung bisa bekerja dengan lancar. Memang macet itu masih terjadi, dan itu benar-benar menjadi perhatian saya. 
Penggunaan pipa 2 " sebagai pengapung memang terlalu berat, untuk itu saya mencoba mencari bahan lain yang lebih ringan. Memang tidak mudah mendapatkan bahan sebagai pengapung, setiap kali melihat botol bekas, apapun itu, akan selalu saya cek apakah bisa dipakai untuk pengapung, bahkan saat di kantor, mata melotot ke mana-mana he....

Akhirnya saya mendapatkan botol bekas tinta printer di kantor, sesampai di rumah, botol langsung "diekseskusi" dan memang bekerja lebih bagus dari dop 2". Setelah berjam-jam, siphon bekerja tanpa kendala, tapi sayang, pagi hari saat dicek, terjadi macet lagi, rupanya pengeboran yang saya lakukan tidak simetris, yang menyebabkan siphon apung tidak benar-benar berada di posisi vertical.

Siphon apung memang benar-benar harus presisi, saat ini saya masih mencari bahan yang seringan mungkin, dan proses pengeboran akan saya lakukan dengan benar-benar presisi.


19 Februari 2015

Setelah berhari-hari bereksperimen, ternyata tetap saja pilihan terbaik untuk siphon apung adalah tutup pralon (dop 2"), bahan yang sangat ringan ternyata tidak menjamin siphon berfungsi baik. Dan memang dari berbagai kegagalan yang telah saya alami, akhirnya banyak hal yang saya dapatkan dari siphon jenis apung ini.

Memang saya akui, kelemahan utama dari siphon apung adalah kotoran terutama berupa pasir yang bisa menghambat proses naik dan turunnya siphon apung. Sebelumnya saya mencoba berbagai cara untuk menghindari terjadinya macet pada siphon apung, terlepas dari masalah kotoran, dan semua berjalan dengan baik.

Hampir putus asa.. itulah kata-kata yang tepat setelah berhari-hari melakukan ujicoba... Bayangkan.. akibat dari macetnya siphon, air di media tanam sering luber, akibatnya kolam hampir kehabisan air, tapi itulah tantangan, semua pasti ada hal positifnya he...

Apakah siphon apung bisa digunakan..? 

Setelah sekian banyak melakukan ujicoba, siphon apung sepertinya lebih cocok untuk akuaponik tanpa media (batu dll..), kalaupun dengan media, media harus bersih, tapi tentu saja itu tidak menjamin siphon akan macet. Hal lain, siphon apung sepertinya tidak cocok untuk diplikasikan pada media tanam/wadah yang sempit yang menggunakan media tanam (batu,arang, dll), kecuali siphon dipasang di luar growbed.

Saya sendiri masih setia dengan siphon apung yang saya aplikasikan di media pralon, untuk menghindari banyaknya kotoran, sebelum masuk ke siphon, saya pasang spon, supaya air bisa lebih bersih, dan memang itu bisa lebih bagus, dalam artian macet tidak sering terjadi.


Perisai diperbesar dan ditambah spon sebagai penyaring.


Apa sebenarnya kelebihan & kekurangan siphon apung..?

Satu hal yang membuat saya suka dari siphon apung adalah, siphon apung mampu bekerja dengan baik dari debit kecil sampai besar tanpa merubah apapun, jadi saat pompa kotor dan debit air mengecil, siphon apung masih bisa bekerja dengan baik. Tentu saja bukan berarti kita kemudian tidak melakukan pembersihan berkala, chek dan pemebersihan harus selalu dilakukan, hanya saja saat dimana tiba-tiba ada kotoran pada pompa dan kita tidak mengetahui sehingga debit air mengecil, shypon masih bisa bekerja.

Hal lain yang saya suka dari siphon apung, saat terjadi macet, kita tidak perlu susah-susah mencari penyebabnya, tinggal kita sentuh dengan jari kita, siphon dapat bekerja lagi. Tapi, kita harus membuat lubang khusus supaya saat terjadi macet air tidak luber.

Dan yang kurang saya sukai dari siphon apung adalah, air harus benar-benar bersih supaya siphon apung tidak macet, padahal saya suka ber-akuaponik dengan menggunakan media tanam.. tapi itu baru awal, saya yakin semakin berusaha akan semakin sempurna  he...


Saya masih menunggu hasilnya....


Ada sebuah ide sebenarnya, tapi belum saya aplikasikan.. Siphon apung lebih banyak mengalami macet saat pasang, karena lubang siphon saat terjadi pasang tertutup oleh kolong, akibatnya air secara perlahan akan naik dan akhirnya tumpah/luber, dari kondisi inilah ada ide untuk mengkombinasikan antara siphon apung dan siphon "U". Jadi saat siphon apung macet, siphon U akan berfungsi.  Semoga ini akan menjadi sebuah solusi yang bagus... hehe...


20 Februari 2015

Dan ide itu telah saya realisasikan, tapi tidak dengan U siphon, melainkan dengan loop siphon.


Ujicoba loop siphon.


Beginilah jadinya he...


kita lihat apa yang terjadi, untuk selang masih terlalu kecil, sekarang lagi mencari yang agak lebih besar.


25 Februari 2015

Pengaruh filter..
Shypon apung sangat sensitif terhadap kotoran, celah antara pipa shypon dan kolong sangat mudah sekali terisi kotoran dan akibatnya shypon akan sering macet. Untuk itulah, jika ingin mengaplikasikan shyphon apung, air dari kolam harus dilewatkan filter terlebih dahulu, dalam hal ini pengendapan. Jadi kotoran padat termasuk pasir lembut akan mengendap dan tidak terbawa menuju media tanam.

Lebih dari itu, jika ingin mengaplikasikan shypon apung dalam satu wadah dengan grow bed, maka shypon tersebut harus melewati proses filter lagi, karena bagaimanapun growbed akan penuh dengan kotoran, apalagi jika sistem sudah berjalan dalam waktu yang lama.


Desain kolong untuk shypon apung...
Dari pengalaman yang saya peroleh, memasang kolong dengan cara yang pernah saya posting sebelumnya (gambar di bawah) ternyata memiliki kelemahan.


Cara pemasangan yang kurang tepat.


Dengan cara pemasangan seperti gambar di atas, akan banyak kotoran yang bisa masuk di bagian dalam verloop ring yang masih menyisakan celah begitu lebar, akibatnya, sewaktu-waktu kotoran tersebut akan menyebabkan kemacetan pada shypon apung.
Untuk meminimalkan kemacetan selain dengan filter, kita harus memasang kolong dengan cara menempatkan sockdrat luar di bagian atas, tentu saja sockdrat yang dibutuhkan tidak hanya 1, melainkan 2. Akibat dari pemasangan yang berubah tentu saja akan membuat jarak antara dasar grobed dan titik surut menjadi lebih panjang/tinggi, untuk itu akan lebih baik jika pemasangan shypon apung dilakukan di luar grow bed, jika masih ingin tetap jadi satu, syarat yang harus dipenuhi adalah menggunakan grow bed yang lebih tinggi.


8 Maret 2015


Sudah 15 hari lebih aplikasi shypon apung 1 berjalan, sampai saat ini tidak ada masalah sama sekali, semoga berlanjut seterusnya, yang penting kita tetap melakukan pembersihan pompa air secara rutin.







Untuk pengaplikasian terbaik bisa dilihat di Akuaponik Kolam Koi II, dengan desain yang lebih baik.



Desain yang lebih baik.



Trimakasih